By Jampang
Beberapa tahun yang lalu, saya dan teman-teman sekantor melaksanakan acara
wisata ke daerah Cirebon. Ada beberapa tempat yang kami dikunjungi mulai dari
musium sampai situs bengunan bersejarah.
Namun ada salah satu dari
tempat wisata yang telah kami kunjungi tersebut kembali datang dalam ingatan
saya. Tempat wisata berupa beberapa kolam yang luas yang penuh dengan ikan. Di
salah satu kolam tersebut, terdapat sekumpulan anak-anak yang sedang berenang ke
sana-kemari dan sesekali mereka menyelam ke dasar kolam. Rupanya mereka sedang
mengumpulkan uang receh yang dilemparkan oleh para pengunjung ke dalam kolam.
Mereka tidak mau bila uang receh tersebut langsung diberikan ke tangan mereka.
Mereka lebih senang bila uang receh itu disebar ke dalam kolam dan mereka saling
berlomba-lomba untuk mengumpulkan sebanyak mungkin. Jadilah sebuah atraksi yang
cukup menghibur bagi para pengunjung.
Ingatan tersebut datang kembali
setelah saya menyaksikan sebuah iklan komersial di tv, walalupun dengan setting
yang berbeda. Iklan tersebut memberikan gambaran yang kurang lebih sama dengan
apa yang pernah saya lihat dulu.
Ada bagian yang menarik dari iklan
tersebut yang menggambarkan salah seorang dari anak-anak pengumpul uang receh
itu melihat sebuah resoran dengan makanan lezat yang menggugah selera. Ingin
sekali ia mengajak teman-temannya untuk mencicipi makanan di restoran tersebut.
Keesokan harinya ia berkumpul dengan teman-temannya sambil menghitung uang receh
yang telah mereka kumpulkan bersama-sama. Setelah dirasakan cukup untuk membeli
makanan, mereka pun membawa sekantong uang receh tersebut menuju resotoran.
Setelah sampai di restoran mereka pun memesan makanan. Ketika menunggu
makanan disiapkan oleh pelayan, salah seorang dari mereka melihat sebuah
tayangan di tv yang mengabarkan bahwa telah terjadi sebuah bencana besar di
daerah lain, dan para korban di sana sangat membutuhkan bantuan yang sangat
besar. Anak tersebut merasa perlu menolong mereka. Ia pun langsung membatalkan
pesanan makanan yang sebenarnya sudah selesai diungkus oleh
pelayan.
Sesaat kemudia ia mengajak teman-temannya membawa uang receh
mereka yang tadinya untuk membeli makanan lezat ke sebuah posko korban bencana
alam. Ia menyerahkan semua uang receh tersebut kepada petugas di sana. Sambil
tersenyum ia pun menghampiri teman-temannya yang menunggu dalam kebingungan dan
bertanya-tanya apa yang sedang dilakukannya. Sambil tersenyum mungkin ia berkata
kepada teman-temannya, "Para korban bencana itu lebih memerlukan uang receh
tersebut daripada kita. Kita bisa mengumpulkannya lagi dan kita akan membeli
makan lezat di restoran tadi."
Teman-temannya tersenyum, lalu mereka
berjalan bersama dalam sebuah bahagia.
Iklan tersebut, walaupun bersifat
komersial karena bertujuan memasarkan sebuah produk, setidaknya mengingatkan
kita untuk memperhatikan saudara-saudara kita yang sedang tertimpa bencana dan
membutuhkan bantuan, yang mengalami kesusahan dan membutuhkan bantuan, dan yang
hidup dalam keadaan ekonomi di bawah kita.
Iklan tersebut juga
mengingatkan kita bahwa untuk membantu saudara-saudara kita, yang terbaiklah
yang kita berikan. Seperti kisah anak-anak tadi yang memberikan apa yang paling
berharga yang mereka miliki.
Saya jadi teringat dengan perumpamaan yang
disampaikan oleh seorang ustadz dalam sebuah pengajian. Ustadz tersebut
mengajukan pertanyaan kepada para jama'ah, "Bila Bapak dan Ibu mendapatkan
sebuah arisan sebesar 20 juta rupiah, lantas Bapak dan Ibu ingin membeli sebuah
sepeda motor, kira-kira Bapak dan Ibu akan membeli yang harganya 6 juta, 8 juta,
10 juta, 12 juta, atau 14 juta?"
Para jama'ah kompak menjawab, "Yang 14
juta."
Lantas Ustadz tersebut mengajukan pertanyaan kembali, "Sekarang di
dompet atau saku ibu ada uang 20 ribu, yang terdiri dari selembar 10 ribuan,
selambar 5 ribuan, dan lima lembar seribuan. Lantas ada kotak amal lewat di
depan Bapak dan Ibu. Kira-kira yang mana yang Bapak dan Ibu masukkan ke dalam
kotak amal tersebut?"
Para jama'ah menjawab sambil tertawa keci namu
tetap kompak, "Yang seribu."
Begitulah barangkali gambaran umum dari saya
dan sebagian orang. Ketika ingin memenuhi kebutuhan, ingin yang terbaik. Namun
bila untuk membantu orang lain, berinfaq dan bersedekah, yang diberikan adalah
bukan yang terbaik, tetapi yang sudah tidak disukai, sudah tidak terpakai atau
bahkan sudah tidak diperlukan lagi.
Anda setuju dengan gambaran tersebut?
Mudah-mudahan Anda tidak setuju, karena Anda bisa membuktikan bahwa gambaran
tersebut tidaklah berlaku bagi Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar